Selasa, 13 Maret 2012

Go Tik Swan, Pelopor Batik Indonesia

Siapa sangka kalau salah satu pelopor batik Indonesia adalah orang keturunan Tionghoa. Go Tik Swan yang bernama lain K.P.A Hardjonagoro mendedikasikan seluruh hidupnya untuk batik dan kesenian Jawa.

Awal Ketertarikan
Tik Swan mengenal batik sejak kecil saat diasuh kakeknya, Tjan Khay Sing. Kebetulan kakek dan neneknya adalah pengusaha batik No. 1 di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1930-an. Cara membuat batik, senandung tembang Jawa, dan cerita tradisional Jawa dari pembatik di rumah kakeknya mewarnai masa kecil pria kelahiran 11 Mei 1931 ini. Di saat beranjak remaja, ia kemudian mulai mendalami seni tari serta karawitan Jawa bersama putra Pakubuwono IX, G.P.H. Prabuwinata dan putra Pakubowono X, Pangeran Hamidjojo.

Karier Membatik
Awalnya, Tik Swan lebih tertarik untuk menekuni kesenian tari dan karawitan Jawa. Namun, pertemuannya dengan Presiden RI Pertama, Soekarno memotivasinya untuk memulai karier di dunia batik. Saat itu, Bung Karno menyarankan Hardjonagoro (nama lain Tik Swan) membuat batik yang tidak beridentitas lokal. Pada tahun 1955, ia mulai mengembangkan motif-motif batik pusaka dari Keraton Solo. Akhirnya, ia sukses menghasilkan Batik Indonesia. Sampai saat ini, ada 200 motif batik yang berhasil dikembangkan. Misalnya, Parang Bima Kurda, Sawunggaling, Kukila Peksa Wani, Slobog, dan Truntum.

Mendapat Penghargaan
Kiprahnya dalam dunia kesenian Jawa membuatnya mendapatkan gelar Kanjeng Pangeran Aryo (K.P.A.) dari Keraton Solo pada tahun 2001. Pada 2011, Ia juga diberi Penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Walau Hardjonagoro telah wafat 5 November 2008 lalu, hasil karyanya masih dapat dilihat di rumahnya, Kratonan 101 atau Jln. Yos Sudarso 156. Saat ini, kediamannya berfungsi sebagai tempat tinggal dan tempat latihan kesenian Jawa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar